Rabu, 29 Desember 2010

Komputer Bakal Geser Peran Manusia di Internet

MOSKOW - Munculnya artificial intelligence (kecerdasan rekayasa) diklaim akan mengubah industri internet dan pola jejaring sosial dalam kurun 10 tahun mendatang.

Klaim ini datang dari pernyataan miliuner asal Rusia, Yuri Milner. CEO perusahaan internet Mail.ru dan pemilik DST Global itu menyatakan jika nantinya kita tidak akan bisa membedakanyang sedang berinteraksi dengan kita di dunia maya, bisa jadi mereka adalah komputer yang mampu berkomunikasi.

"Saya pikir dalam kurun 10 tahun mendatang, jika anda mempertanyakan sesuatu di jejaring sosial dan mendapatkan jawaban dengan cepat, anda tidak bisa memastikan apakah orang yang menjawab itu adalah manusia atau hanya komputer," ujar Milner, seperti dikutip melalui Yahoo News, Rabu (29/12/2010).

Begitu juga sebaliknya, lanjut Milner, ketika ada sebuah pertanyaan muncul, pengguna internet tidak akan bisa menebak apakah pertanyaan itu muncul dari seorang manusia atau komputer.

"Dengan menjawab pertanyaan itu, secara otomatis anda membantu komputer untuk menciptakan algoritma," papar Milner.

Mail.ru dimiliki oleh tokoh ternama Rusia, Alisher Usmanov dan sekarang sedang dalam tahap IPO di London. Perusahaan besar di Rusia itu kini juga mulai berekspansi ke negara lain melalui akuisisi dan pembelian saham. Baru-baru ini mereka telah menyimpan dana melalui 2,4 persen saham di Facebook. Dan tidak ketinggalan DST Global juga menyimpan sekira 10 saham di jejaring sosial tersebut.

"Hingga saat ini sudah banyak terjadi perubahan di dunia informasi kita. Bahkan informasi yang ada sekarang ini sama dengan informasi yang terangkum dalam sejarah publik di atas tahun 2003," papar Milner.

Dikabarkan Mail.ru juga akan membeli saham pengembang game Zynga dan situs voucher diskon belanja Groupon.

Sumber: Okezone

Bukti Manusia Tertua Ditemukan di Israel?

TEL AVIV - Para arkeolog Israel mengatakan bahwa mereka telah menemukan bukti awal eksistensi dari manusia modern. Jika temuan itu benar akan mengubah teori asal-mula manusia.

Tim dari Tel Aviv University yang menggali sebuah gua di Israel tengah mengatakan bahwa gigi yang ditemukan berusia 400 ribu tahun dan mirip dengan yang dimiliki oleh manusia modern saat ini, Homo Sapiens. Demikian seperti yang dikutip dari Daily Times, Rabu (29/12/2010).

"Sangat menarik untuk mencapai kesimpulan ini," ujar arkeolog Avi Gopher, yang mana timnya meneliti gigi tersebut dengan sinar-X serta CT scan, dan berhasil menentukan umur gigi tersebut.

Bagaimanapun, Gopher menekankan kalau dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menguatkan klaim tersebut. Pasalnya teori sebelumnya menyatakan bahwa Homo Sapiens berasal dari Afrika dan bermigrasi keluar dari benua tersebut.

Gopher mengatakan kalau apabila penemuannya berkaitan dengan nenek moyang manusia modern, hal tersebut bisa menandakan kalau manusia modern berasal dari wilayah yang kini disebut sebagai Israel.

Sir Paul Mellars, seorang ahli prasejarah di Cambridge University mengatakan kalau penemuan tersebut adalah 'penting', tapi juga terlalu prematur untuk menyebutkan kalau gigi tersebut berasal dari manusia modern.

"Penemuan tersebut mungkin berkaitan dengan sanak terdekat manusia modern, yakni Neanderthal," ujar Mellars.

Menurut teori yang diyakini sampai saat ini, manusia modern dan Neanderthal berasal dari nenek moyang yang sama, yang berasal dari Afrika sekira 700 ribu tahun yang lalu. Lalu sebagian keturunan mereka bermigrasi ke Eropa, dan berkembang menjadi Neanderthal (yang akhirnya punah). Lalu kelompok yang tetap tinggal di Afrika berevolusi menjadi Homo Sapien, yakni manusia modern.

Sumber: Okezone

Sekolah di Korsel Dapat Guru Robot

SEOUL - Engkey, sebuah robot yang dikembangkan oleh Korea Institute of Science of Technology (KIST), sudah mulai mengajar di 21 sekolah dasar di selatan kota Daegu, Korea-Selatan.

29 robot, yang memiliki tinggi satu meter dengan sebuah panel TV display untuk bagian mukanya, berjalan mengelilingi ruangan ketika berbicara dengan para murid, membacakan buku untuk mereka dan berdansa mengikuti alunan musik dengan menggerakan kepala dan lengan mereka. Demikian seperti yang dikutip dari Physorg, Selasa (28/12/2010).

Robot tersebut menampilkan avatar seorang wanita pada layar display-nya, dikendalikan menggunakan remote kontrol oleh guru bahasa Inggris di Filipina, yang bisa melihat dan mendengar muridnya.

"Kamera mendeteksi ekspresi wajah guru yang berada di Filipina, dan komputer secara instan merefleksikan wajah avatar-nya pada layar display di robot tersebut," ujar Sagong-Dae, ilmuwan senior di KIST.

"Anak-anak nampaknya menyukai tampilan dari robot tersebut. Akan tetapi beberapa orang dewasa mengaku merasa canggung apabila mereka berbicara dengan robot," ujar Kim Mi-Young dari kantor pendidikan kota Daegu.

Kim mengatakan bahwa robot-robot tersebut masih dalam tahap uji coba. Akan tetapi pihak berwenang mengatakan bahwa mereka akan terus memakai robot-robot tersebut, apabila para ilmuwan membuat pengoperasian robot Engkey menjadi lebih mudah dan murah.

Proyek uji coba robot tersebut disponsori oleh pemerintah Korsel, yang mana menginvestasikan dana sebesar 1,58 miliar Won atau sekira USD1,37 miliar.

Sejak tahun 2009, ilmuwan di Korsel telah menggelar program ujicoba untuk mengembangkan robot yang bisa mengajarkan bahasa Inggris, matematika, sains, dan lain-lain.

Sumber: Okezone

Romeo, Si Robot Mellow

PARIS - Apa jadinya kalau robot mempunyai perasaan halus dan bahkan terkadang bisa bersikap romantis. Hal tersebut yang tengah dikembangkan oleh perusahaan asal Prancis, Aldebran Robotics.

Perusahaan tersebut sukses menciptakan robot yang mampu menunjukkan rasa cinta dan bisa mengerjakan tugas sebagaimana manusia, robot itu sendiri bernama Romeo. Penciptanya terinspirasi kisah cinta legendaris dari Romeo dan Juliet.

Dilansir melalui Cnet, Rabu (29/12/2010), Robot dengan tinggi 4,5 kaki ini dilengkapi fitur antarmuka (interface) yang bisa mendeteksi gerakan dan suara manusia. Pada robot yang berbobot 88 pon ini juga dibenamkan sensor pada bagian mata, kaki, dan tulang punggung.

Layaknya manusia, Romeo juga mampu menjadi teman cerita, dan mampu menujukkan mimik wajah tergantung kondisi lawan bicaranya tersebut.

Selain itu Romeo mampu, membuang sampah, mengambil makanan atau minuman dari lemari es, membuka dan menutup pintu, membereskan rumah, menyiapkan makanan di meja makan, dan merawat orang sakit atau lansia.

Aldebaran akan mengujicoba robot yang dibanderol dengan harga 250 euro atau sekira USD327 ribu ini ke rumah sakit dan panti jompo.

Sumber: Okezone

Selasa, 28 Desember 2010

Studi: Neanderthal Juga Pemakan Sayur

WASHINGTON - Sebuah studi yang dilakukan oleh ilmuwan AS menemukan bahwa Neanderthal, manusia prasejarah yang merupakan 'sepupu' dari manusia modern, adalah omnivora.

Manusia Neanderthal memakan biji-bijian serta sayuran, juga terkadang memakan daging. Bahkan mereka memasaknya dengan cara seperti yang dilakukan oleh homo sapien.

Penelitian baru yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Science (PNAS) bertentangan dengan teori umum yang menyebutkan bahwa para Neaderthal punah lebih cepat yang salah satunya diperkirakan karena mereka terlalu banyak mengonsumsi daging. Akibatnya mereka pun punah sekira 30.000 tahun yang lalu. Demikian seperti yang dikutip dari The Straits Times, Selasa (28/12/2010).

Para ilmuwan menemukan biji-bijian dari beberapa tanaman, termasuk jenis dari rumput liar, sebagaimana bukti akar-akaran serta akar umbi, yang ada di fosil gigi Neanderthal di Eropa Utara dan Irak.

"Banyak bukti-bukti yang menyatakan kalau Neanderthal bisa mengendalikan api seperti layaknya manusia modern," ujar pihak PNAS.

Sayangnya artefak batu purbakala belum memberikan bukti kuat kalau Neanderthals menggunakan alat-alat untuk bercocok tanam.

"Akan tetapi penelitian terbaru mengindikasikan kalau Neanderthal juga memasak dan menyiapkan tumbuhan untuk dimakan," tambah pihak PNAS.

Kelompok Neanderthal hidup di beberapa bagian Eropa, Asia Tengah dan Timur Tengah sekitar 170.000 tahun yang lalu. Akan tetapi semua bukti keberadaan mereka hilang sekira 28.000 tahun yang lalu. Faktor penyebab mereka punah sampai saat ini belum diketahui dan masih diperdebatkan karena pada waktu itu mereka hidup berdampingan dengan manusia modern (homo sapien).

Penelitian terakhir tersebut dilakukan oleh Department of Anthropology di Smithsonian natural history museum di Washington.

Sumber: Okezone